Sabtu sore, (26/01/2008) pada kesempatan ngumpul², tiba-tiba tanpa disengaja ada sebuah kata² yang terlontar dari seorang temen, "akan kemanakah aku setelah lulus sekolah nanti???"
Akhirnya di bahas disitu smua tentang masalah nya.
Terlepas dari itu, disaat menjelang tidurku, tiba² aku terbayang saat² dulu, ketika masih dalam masa² sekolah.
Tidak aku pungkiri, dalam masa sekolah dulu ( seperti sebagian kecil anak sekolah yang lain ), aku memang sedikit bandel.
Disaat keasyikanku memlamun, tak terasa air mata pun menetes di pipi perlahan ( cengeng yaw, yarin ajah, weks.. ).
*
Dulu, sempat aku membuat malu ibu, yang notabene adalah seorang Guru Agama.
Karena kebodohanku, aku pun merasakan air haram yang membuat ibu marah besar, sampai malu keluar rumah.
Aku selalu terbayang saat dimana aku di Sidang di depan Ayah + Ibu.
Ayah ku dengan segala Kemarahannya di luapkan kepadaku, dan Ibu hanya menangis disampingku.
Kesabaran Ibuku dan ketabahan nya telah aku hianati dengan sebuah hal yang seharusnya tak perlu aku lakukan.
Kebodohan ku ini memang telah sangat-sangat melukai hati Ibu.
**
Atas Sikap Keras Ayah, aku pun dapat memahami ke inginan nya.
Pada intinya, setiap orang tua tidak ingin anaknya hidup sengsara. Berkat sikap keras Ayah dalam mendidikku lah kini dapat aku nikmati hasilnya.
***
Namun, kini setelah beberapa tahun, dan sudah terpisah jauh dengannya, aku selalu berpikir, sudahkan aku membalas budi baik mereka??.
Aku masih meragukan ketulusan ku untuk membalas budi baiknya yang telah mereka berikan padaku.
Berhubungan hanya dengan sebuah telepon, itupun jarang² dan hanya beberapa menit, hmm....
****
Ayah, ibu,ridhai segenap dusta dan durhaka ku yang pernah ada. Doakanlah selalu, biar ku senantiasa kuasa untuk tetap teguh memegang amanah ini, biar aku dapat beristiqamah melebur kemalasan dan keterlelapan ini. Supaya nanti aku tak lagi berasa malu, kala megingat sa’at-sa’at dulu bersamamu, sa’at-sa’at aku terjebak dalam kenistaan.
Allahumma fighrliy, wa liwalidayya, warham huma kama rabbayaniy shaghira. Amien.)
Akhirnya di bahas disitu smua tentang masalah nya.
Terlepas dari itu, disaat menjelang tidurku, tiba² aku terbayang saat² dulu, ketika masih dalam masa² sekolah.
Tidak aku pungkiri, dalam masa sekolah dulu ( seperti sebagian kecil anak sekolah yang lain ), aku memang sedikit bandel.
Disaat keasyikanku memlamun, tak terasa air mata pun menetes di pipi perlahan ( cengeng yaw, yarin ajah, weks.. ).
*
Dulu, sempat aku membuat malu ibu, yang notabene adalah seorang Guru Agama.
Karena kebodohanku, aku pun merasakan air haram yang membuat ibu marah besar, sampai malu keluar rumah.
Aku selalu terbayang saat dimana aku di Sidang di depan Ayah + Ibu.
Ayah ku dengan segala Kemarahannya di luapkan kepadaku, dan Ibu hanya menangis disampingku.
Kesabaran Ibuku dan ketabahan nya telah aku hianati dengan sebuah hal yang seharusnya tak perlu aku lakukan.
Kebodohan ku ini memang telah sangat-sangat melukai hati Ibu.
**
Atas Sikap Keras Ayah, aku pun dapat memahami ke inginan nya.
Pada intinya, setiap orang tua tidak ingin anaknya hidup sengsara. Berkat sikap keras Ayah dalam mendidikku lah kini dapat aku nikmati hasilnya.
***
Namun, kini setelah beberapa tahun, dan sudah terpisah jauh dengannya, aku selalu berpikir, sudahkan aku membalas budi baik mereka??.
Aku masih meragukan ketulusan ku untuk membalas budi baiknya yang telah mereka berikan padaku.
Berhubungan hanya dengan sebuah telepon, itupun jarang² dan hanya beberapa menit, hmm....
****
Ayah, ibu,ridhai segenap dusta dan durhaka ku yang pernah ada. Doakanlah selalu, biar ku senantiasa kuasa untuk tetap teguh memegang amanah ini, biar aku dapat beristiqamah melebur kemalasan dan keterlelapan ini. Supaya nanti aku tak lagi berasa malu, kala megingat sa’at-sa’at dulu bersamamu, sa’at-sa’at aku terjebak dalam kenistaan.
Allahumma fighrliy, wa liwalidayya, warham huma kama rabbayaniy shaghira. Amien.)
Posts
1 Komentar:
lha ngono lo..mierz,insyaaff...eling...
Goodbye JD,JW,Vodky,TM...
Welcome ArJo....
wekekekkeke...ajari po'o mierz....
Post a Comment